Cari Blog Ini
Senin, 02 September 2013
Kamis, 28 Februari 2013
KISAH WAFATNTA MARYAM IBU ISA AL-MASIH
Sahabat fillah yang terhormat. .
Cerita ini dari Wahab bin Munabbin, neneknya Idris, dia mengatakan, " Saya telah menemukan sebagian Kitabnya Nabi Isa Al-Masìh. Beliau berkata kepada ibunya. .
" Ibu...... Sesungguhnya dunia ini adalah kampung yang akan punah, kampung yang akan hilang melayang.
Sesungguhnya akhirat itulah kampung yang langgeng . Untuk itu wahai ibuku tercinta, marilah pergi ( bersama saya....)
Kemudian ibu dan anak itu pergi ke gunung di Libanon.
Di gunung itu keduanya berpuasa siang hari dan malamnya untuk menegakkan Shalat malam.
Mereka hanya makan dari dedaunan pepohonan, dan minum air hujan saja,
dan disana mereka tinggal sangat lama. . .
Suatu hari Nabi Isa turun gunung menuju salah satu jurang mencari daun daunan untuk berbuka puasa bersama.
Saat Nabi Isa turun gunung meninggalkan ibunya, ternyata ibunya di datangi oleh malaikat maut ( yang sebelumnya Maryam tidak mengetahui kalau sesosok itu adalah malaikat maut ).
Malaikat maut itu mendekati seraya berkata menguacapkan salam....
" Assalamu alaika, wahai Maryam... orang yang patuh ibadah puasa dan shalat pada malam harinya,"
" Siapakah engkau ?" jawab Maryam. sungguh sekujur badan sangat gemetar karena takut mendengar suaramu dan kewibawaanmu
" Saya adalah malaikat maut," jawab malaikat itu,
" Saya tidak mengenal kasihan terhadap anak-anak karena kecilnya,
tidak mengenal kata memuliakan terhadap mereka yang sudah tua atau mengenal karena kebesaran dia,
sebab sayalah yang bertugas mencabut roh."
" Wahai malaikat maut . . .engkau Kesini untuk berkunjung saja atau memangnya untuk mencabut roh saya !"
" Bersiap siaplah engkau mati, wahai Maryam !" tegas malaikat.
" Apakah engkau tidak mengizinkan untukku, supaya menunggu kedatangan anak kesayanganku, yang menjadi buah hatiku dan penawar segala kesusahanku !"
" Saya tidak diperintahkan untuk itu, " tegas malaikat maut."
Dan saya hanya sebatas hamba yang takut terhadap perintah.
Demi Allah, saya tidak akan mampu mencabut roh seekor nyamukpun, kecuali saya sudah diperintah Tuhan Allah.
Hal ini agar saya tidak menyia-nyiakan waktu sedetikpun, sehingga saya mencabut rohmu ditempat ini juga!".
" Wahai malaikat maut," jawab Maryam.
" Kalau engkau sudah menerima perintah dari Allah Ta'ala,
maka tunaikan saja perintah itu,"
Maka malaikat maut mendekati dia tatkala duduk beribadah, lalu roh Maryam dicabut dan mati.
Kemudian Nabi Isa as terlambat datang tidak seperti biasanya.
Bahkan ia kembali sampai masuk waktu ashar akhir ( mendekati magrib ).
Dia membawa sayur-mayur sekaligus kubis sesampai ( dipadepokan ) dia mendapati ibunya masih terduduk dalam keadaan shalat.
Setelah meletakkan sayur mayur,
kemudian Nabi Isa as ikut shalat disamping ibunya sampai sampai larut malam.
Tengah malam sunyi senyap, waktunya berbuka bagi Nabi Isa as.
Dia memanggil halus kepada ibunya.
" Assalamu alaika wahai ibu ! Sesungguhnya telah masuk waktu malam, waktunya berbuka bagi orang yang berpuasa, serta waktu tegaknya orang orang beribadah kepada Allah.
Mengapa ibu tidak jua berdiri beribadah kepada Tuhan Yang Maha Pengasih!"
( Tapi ibu itu tetap diam dalam duduknya yang disangka terduduk karena shalat yang ketiduran ).
Nabi Isa as, lantas mengulang perkataan terhadap ibunya.
" Ibu, sesungguhnya dalam tidur memang ada kenikmatan...."
Nabi Isa pun lantas berdiri menghadap kiblat beribadah, tidak berbuka karena tidak bersama ibu, kemudian Isa pun melanjutkan shalat malam sampai dua pertiga malam.
Hal ini dilakukan karena berbuat santun teriadap ibu, tidak berbuka kecuali bersama sama ibunya .
Mulai timbul keresahan kegelisahan dalam ibadah Nabi Isa as .
Dalam keadaan berdiri dan resah gelisah, dia memanggil ibunya :
" Assalamu alaika, wahai ibunda. " Lirih Nabi Isa as ,
( karena tidak ada sahutan ) dia melanjutkan ibadah sampai terbit fajar pagi .
Pagi yang agak kelam ini, ia meletakan pipinya ke ibunya, meletakkan mulutnya ke mulut ibunya sebagai penghormatan, sambil ia berseru memanggil ibunya disertai tangisan keras karena disangka tidak beribadah sama sekali .
Dia menyeru keras,
" Assalamu alaika, wahai ibunda ! Sungguh malam telah habis dan disambut oleh pagi .
Adakah wakktu untuk menunaikan kewajiban terhadap Tuhan Yang Maha Pengasih."
Seketika itu menangislah seluruh malaikat langit, jin-jin di sekitarnya, gunung gunung bergoncang, ( sebab kerasnya Nabi Isa as, yang tidak mengetahui kalau ibunya sudah meninggal ).
Kemudian Allah Ta'ala mewahyukan kepada malaikat, bertanya,
" Apakah sebab yang membuat kalian menangis !"
Tuhan kami Engkau sangat Maha mengetahui..... ( apa apa sebab yang kami tangiskan )."
" Ya, sesungguhnya Aku Maha Mengetahui dan Aku Maha Kasih dan Sayang."
Dalam keadaan seperti itu tiba tiba ada suara yang berseru kepada Nabi Isa as .
" Wahai Isa, angkatlah wajahmu. Sesungguhnya ibundamu itu sudah meninggal dunia, dan Allah Ta'ala sudah melipat gandakan pahalamu."
Wajah Nabi Isa yang masih terangkat kemudian menangis tersedu sedu sambil merintih sangat dalam...
" Lalu siapa lagi kawanku di saat sunyi ! Saat aku sendri ! Serta siapa lagi yang dapat aku ajak bertukar pikiran ! Bersenda gurau dalam perantauanku !
Dan siapa lagi yang membantu aku dalam ibadahku !"
Keadaan seperti ini Allah berfirman kepada gunung, " Wahai gunung, berilah Isa nasehat !"
Gunungpun memberikan nasehat kepada Isa,
" Wahai Isa, apa artinya kesusahanmu ini ! Ataukah Allah, engkau menghendaki agar dia menjadi pendamping yang menggembirakanmu !"
Berangkat dari nasehat itu, kemudian Nabi Isa as turun gunung, singgah dari desa ke desa, untuk mencari dari kalangan tempat tinggal Bani Isra'il.
Nabi Isa berkata kepada bani Isra'il di sana,
" Assalamu alaikum wahai Bani Isra'il
" Kamu ini siapa," jawab mereka, sungguh bagus wajahmu sampai sampai menyinari terang rumah rumah kami."
" Saya adalah Rohul Allah, Nabi Isa Al Masih.
Dimana ibu telah meminggal dunia dalam perjalanan, tolonglah saya, untuk memandikan, mengkafani, dan memakamkan .
Dia sekarang ada di gunung sana."
Mereka Bani Isra'il menjawab, " Wahai Roh Allah, sesungguhnya digunung tersebut banyak sekali ular ular besar dan ular ular ganas lainya, yang sama sekali belum pernah dilalui oleh nenek kami atau ayah kami sejak 300 tahun yang lalu."
Nabi Isa as memaklumi keadaan mereka.
Diapun lantas kembali naik ke gunung tanpa hasil sesuai kehendaknya .
( Atas kehendak Allah Ta'ala ) beliau berjumpa dengan dua orang pemuda yang gagah-gagah.
Isa bersalaman kepada mereka, lalu menyampaikan maksudnya yang tadi gagal.
" Sesungguhnya ibu telah meninggal dunia dalam perjalanan di gunung ini. Untuk ini tolonglah saya untuk membantu persiapan pemakaman, !"
Salah seorang diantara dua laki laki gagah, ternyata menjelaskan .
" Ini adalah malaikat Mikail, dan saya sendiri adalah malaikat Jibril .
Dan ini obat pengawet tubuh dan serta kain kafan dari Tuhanmu."
Dan sesaat para bidadari cantik jelita dari syurga turut ikut membantu memandikan dan menkafani ( Jenazah Maryam ), kemudian malaikat Jibril memggali lobang untuk mengubur Maryam di puncak gunung, kemudian setelah itu mereka bertiga menshalati dan mengubur disana.
Kemudian Nabi Isa as berdo'a kepada Tuhan Allah Ta'la,
" Wahai Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar Perkataanku dan Maha Mengetahui dimana tempatku.
Sedetikpun tidak ada urusanku yang tersembunyi dìadapan-Mu .
Ibu telah meninggal dunia, dan saya tidak mengetahui disaat dia meninggal dunia, maka izinkanlah dia berkata kepada saya !"
Allah mewahyukan kepada Isa, " Sungguh aku memberikan izin untukmu."
Nabi Isa as pergi kekuburan ibundanya, berdiri dekat tumpukan tanah, lantas berkata kepada ibunya yang ada dikubur itu dengan suara lembut dan sopan.
" Assalamu alaika, wahai ibunda tercinta.....
Dalam kubur dijawab oleh ibunya, " Wahai anakku tercinta, kesayanganku dan sebagai biji mataku,"
Isa kembali berkata, " Ibunda, bagaimana engkau dapat menemukan tempat pembaringanmu, tempat pengembalian, dan bagaimana pula keadaan kehadiran kepada Tuhamu .!
Jawab ibunda, " Tempat pembaringanku adalah sebaik-baik tempat pembaringan, tempat kembaliku adalah sebaik-baik tempat kembali .
Dan masalah aku datang menghadap Tuhanku, yang hanya aku tahu bahwa Dia menerima dengan rela tanpa ada marah."
Ibunda...... " Tanya Nabi Isa, " Bagaimana engkau merasakan sakit sakaratul maut..."
" Demi Allah....." Jawab Ibunda. " ialah Dzat yang memgutusmu sebagai Nabi dengan sebenar-benarnya,
belum hilang rasa sakit dari sakaratul maut ditenggorokan,
demikian juga kewibawaan menakutkan dari malaikat maut belum sirna dari pelupuk mataku."
Setelah itu tidak ada lagi yang tercatat dalam percakapan antara ibunda dan anak.
Di akhiri oleh ibunda, " Aalaika-salam, Wahai kesayanganku, sampai jumpa pada hari Qiamat kelak." ( Misykatul Anwar : Durratun-nashihin ).
Sahabat filah yang terhormat. . .
Demikianlah cerita dan kisah wafatnya ibunda Isa Al-Masih
semoga bermanfaat dan untuk menambah ilmu pengetahuan dan keimanan kepada Allah swt.
Amin... Amin... Amin... Ya rabbal alamin
Da'wah Agama Islam. Silahkan kunjungi di
http://www.facebook.com/
PERTANYAAN DALAM KUBUR , SIKSA DAN KENIKMATANNYA
====================
Sahabat fillah yang terhormat.....
Rasulullah saw bersabda :
'' Bila mana seseorang telah dimasukkan kekuburan, dimana para pengantar sudah kembali
si mayat sebenarnya mendengar bunyi sandal mereka'' ( H R. Imam Bukkhary, dari Annas ra )
Artinya kepekaan roh terhadap alam dunia masih berpungsi, sebagaimana keadaan masih hidup
cuma mereka tidak bisa berhubungan dan berbicara dengan manusia,
dan manusiapun tidak mendengar ratapan jerit mereka.
Adapun mengenai proses pertanyaan di alam kubur sedikit panjang melalui pergantian beberapa malaikat, termasuk malaikat Rauman .
Dan sabda Nabi Muhammad saw :
'' Orang orang munafiq, kafir ketika ditanyakan pertanyaan, mereka selalu menjawab,
'' Saya tidak tahu......................
'' Saya tidak tahu......................
Kemudian dia di pukul dengan palu besi yang sangat panas luar biasa, sampai terdengar teriakan keras yang terdengar oleh segala makhluq, kecuali jin dan manusia.''
( H R. Imam bukhary dari Annas ra )
Kemudian ada Hadist yang sedikit jelas prosesi alam kubur
Termuat dalam hasanah Imam Ghazali, di bawa melalui Ibnu Mas'ud yang bernama Abdullah.
'' Saya ( Abdullah bin Mas'ud ) bertanya kepada Rasulullah Saw .
''Apakah yang ditemui pertama kali oleh mayit ketika dalam kuburan!'' Rasulullah saw menjawab,
''Sebelum ini belum ada yang pernah bertanya kepadaku seperti pertanyaanmu.
( Ketahuilah ) mula mula terdengar panggilan malaikat yang bernama Rauman
Dia muncul dari sela sela kubur dan berkata,
'' Wahai hamba Allah, tulislah semua amalmu.
'' Di jawab oleh mayit, '' Saya tidak membawa tinta dan kertas.
'' Malaikat Rauman berkata, '' Gunakan kain kafanmu sebagai kertas dan air ludahmu sebagai tintanya dan penanya gunakan jari telunjukmu... ( dan seterusnya ),
Mayit itupun merobek kain kafan, air ludah tintanya, jari telunjuk sebagai penanya.
Di tulis semua perbuatan perbuatan sewaktu hidup di dunia .
Saat itu semua roh atau nafs bisa menulis .
Semua amal di catat tanpa satupun tersisa ( atas kehendak Allah ) sekalipun dulu di dunia tidak bisa menulis atau seseoarang pelupa atu perkara yang tidak ingat lagi, kala itu semua teringat atas kehendak Allah swt.
Sabda Nabi Muhammad saw dalam ( Hadist Qudsi ).
'' Manusia semuanya di gantungkan catatan perbuatan di lehernya'' ( Dari Ibnu Mas'ud )
Saudara daudariku yang terhormat........
Artinya setelah roh / nafs mencatat semua perbuatan baik maupun buruk di dunia, kemudian di gantungkan di leher mayit.
Selesailah tugas malaikat Rauman atau Kiraaman Katibiin.
Dia keluar setelah selesai tugasnya.
Dan sebagian riwayat----
Rauman juga mengambalikan roh kedalam jasad mayit.
Setelah itu datang malaikat MUNGKAR NAKIR , yang bertugas mempertanyai kepada mayit .
Dua duanya berwajah menyeramkan hitam kelam sesuai catatan amal yang tergantung di lehernya.
Sorot matanya seperti kilat meyambar nyambar, dan suaranya menggelegar seperti petir, dan nafasnya seperti badai topan yang menghancurkan.
Selain itu di tanganya ada cemeti besi, yang bisa di pukulkan terhadap bumi akan hancur lebur.
MUNGKAR NAKIR mempertanyakan kepada roh :
1. Siapa Tuhanmu
2. Siapa Nabimu
3. Apa Agamamu
4. apa kiblatmu
5. apa Imammu
6. Siapa saudara daudarmu
Bagi orang kafir atau munafiq atau yang tidak memperoleh rahmat serta hidayah Allah, ( sebagaimana sabda Nabi saw, yang sudah di jelaskan tadi )
'' Saya tidak tahu........
'' Saya tidak Tahu........
lalu di pukul dengan cemeti berkali kali sampai hancur, kemudian di kembalikan lagi , dan di tanya lagi,tidak dapat menjawab
kemudian di pukul lagi dan seterusnya,
masya Allah subhanallah...............
Sahabat fillah yang di rahmati Allah .
Lain pula mayit yang beriman .
oleh malaikat MUNGKAR NAKIR, justru dipukulkan disekitar kuburan saja,
sampai membentuk seperti Kuba yang dapat menjurus ke pintu Syurga,
sehingga dari alam kubur nampak jelas keindahan keindahan Syurga yang kelak akan di tempati.
Setelah Mailakat MUNGKAR NAKIR meninggalkan si mayit, kemudian datanglah Malaikat hasanat ,dan malaikat SAI-AT .
Malaikat hasanat ialah malaikat yang melayani kebaikan bagi mereka yang baik, seperti di beri alas tidur dari sutra atau kenikamtan lain lainnya.
Dan malaikat SAI-AT adalah khusus mereka yang jelek, dengan penyiksaan dan lain sebagainya
yang sekaligus potret potret Neraka yang kelak akan di tempati
Jelasnya, siksa kubur itu berlangsung semenjak ia mati sampai kelak datang hari Qiamat.
Kemudian Mereka yang berbahagia akan memperoleh kenikmatan di alam kubur dan berlangsung sampai hari Qiamat
Sahabat fillah yang berbahagia....
Lihatlah ! kisah dan nasib Abu jahal yang tertuang dalam Hadist cerita Rasulullah saw :
''Pada suatu hari kami ( putra Umar bin Khatab ) berjalan jalan di kuburan mereka dalam perang Badar.
Mendadak ada seorang laki-laki keluar dari dalam bumi kuburan,
di lehernya terdapat banyak lilitan rantai, dimana ujungnya dipegang oleh seseorang yang berwarna hitam ( Yaitu Malaikat juru siksa ) .
Orang ( yang di lilit rantai itu ) berkata,
'' Tolonglah wahai Abdullah. . ! ( Putra Umar bin Khatab ) , tolong ........... .. .
berilah aku minum. . !
'' Saya tidak mengerti, '' kata Abdullah, '' Kenapa dia bisa tahu nama saya seperti layaknya saudara memanggil saudaranya ?
'' Tapi orang yang memegang ujung rantai itu berkata, '' Jangan ....!,
Janganlah engkau beri minum. . !,
dia itu orang kafir, '' Orang kafir itupun langsung tenggelam lagi ke bumi.
Kata Ibnu Umar,
'' lalu aku adukan peristiwa ini kepada Rasulullah Saw. Beliaupun menjawab, '' Sesungguhnya orang yang engkau lihat itu musuh Allah, ( yaitu ) Abu jahal bin Hisyam, yang memperoleh siiksa sampai hari Qiamat.''
( H R. Imam Al Afidz Wa-Ily, dari Abdullah bin Umar ra )
Sahabat fillah yang terhormat.....
Kebanyakan siksa kubur itu di jatuhkan karena sebab sebab yang remeh, misalnya karena kencing yang tidak pakai cebok atau kencing tidak berbasuh ( dalam bahasa Barjar Bakamih kada babasuh ) Suka adu Domba, atau mulut rewel, dan lain lain .
Pernah di sampaikan dalam suatu Hadist,
Rasulullah saw bersabda :
'' Ketika Rasulullah saw melewati dua kuburan, kemudian Rasulullah Saw bersabda,
'' Sesungguhnya dua ahli kubur ini memperoleh siksa
bukan karena dosa yang besar
tapi siksanya cukup besar.
( ialah ) salah seorang di antaranya punya mulut yang rewel suka mengadu domba orang lain,
dan seorang lagi karena kencing tidak bersih.'' ( H R. Imam Bukhary Muslim )
Demikianlah Thausyiah dan renungan yang bisa saya ketengahkan untuk anda, i
semoga bermanfaat buat pribadi saya sendiri dan juga untuk orang lain
amin.... amin.... amin.... ya rabbal alamin...
* Da'wah agama Islam, silahkan kunjungi di
http://www.facebook.com/
Rabu, 27 Februari 2013
JASAD HANCUR DAN JASAD YANG TIDAK HANCUR
--------------------------
Sahabat fillah yang terhormat
Jasad yang hancur dan bau busuk dalam beberapa hari saja. Pernah di jelaskan ada riwayat mengatakan bahwa, ketika 3 hari roh terpisah dari jasad, dia minta izin kepada Allah untuk turun kedunia melihat keadaan jasadnya
Disana roh sangat prihatin melihat jasadnya mulai menggelembung bengkak dan mulai keluar cairan yang menjijikkan.
'' Wahai jasad....'' kata roh. Engkau tersiksa merana , ingatlah engkau di dunia selalu bermegah megahan ...!''
Tiga hari dari kematian ia melihat jasad seperti itu,
Sekarang 5 hari dari kematian, kembali meminta izin kepada Allah untuk melihat jasad .
Dimana jasad itu mulai banyak dikerumuni oleh cacing cacing tanah, banyak cairan busuk, mulai di gerogoti dan menjijikkan. Spontan roh menjerit atau berteriak dengan suara yang sangat keras dan akhirnya kembali lagi ke asalnya.
Kemudian 7 hari dari kematian roh meminta izin lagi kepada Allah untuk melihat jasad.
Roh semakin sedih dan prihatin, sebab keadaan jasad sudah hancur tak berbentuk lagi, dan di antara busuk-busuk yang menyengat banyak di kerumuni cacing-cacing tanah dan ulat ulat yang menggigukan, seperti layaknya memangsa makanan yang sangat nikmat sekali.
Kemudian Roh itu merintih , '' Wahai jasadku..., beginikahkah keadaanmu setelah berpindah denganku.!
Mana bentuk-bentuk yang kamu banggakan dulu sewaktu hidup didunia..? yang kau sanjung karena cantik !''
Saudara saudariku yang dimuliakan Allah
Kemudian Roh kembali ke langit di tempat,
sesuai atas amal dan perbuatannya.
Tapi ada saja jasad manusia yang tidak bisa hancur oleh pelapukan tanah.
Jasad itu bertahan lama bertahun tahun masih utuh seperti mati kemarin saja. Seperti jasad Abdullah bin Amr yang wafat dalam perang uhud, Setelah 46 tahun kemudian terbongkar jasad beliau masih utuh
Sahabat Fillah yang terhormat
Dan di sini kita terangkan secara ringkas Jasad yang tidak hancur.
Rasulullah saw bersabda yang arinya :
'' Sepuluh kelompok tidak akan hancur ( jasadnya ) ialah
1 : Jasad para Nabi
2 : orang-orang yang berperang (berjuang dijalan Allah)
3 : Orang orang yang alim
4 : Orang-orang yang mati sahid
5 : Orang yang hafal Al-Qur'an
6 : para Muazzin
7 : Wanita meninggal dunia di kala nifas ( ada yang mengatakan ketika melahirkan )
8 : Orang-orang yang mati karena di aniaya
9 : orang yang mati pada hari jum'at dan
10: Orang yang mati malam jum'at. ( Hadist shaheh )
Saudara saudariku yang terhormat
Adalah jasadnya yang tidak hancur , adalah orang orang yang ikhlas semata karena Allah dengan niat yang baik.
Seperti pergi ke pengajian atau mendengarkan ceramah Agama Islam, atau menuntut ilmu, baik itu ilmu Fiqih atau ilmu Ma'rifat ( Thashauf )
Semoga Allah melindungi , dan memberkati mereka,
Allahumma Shalli 'alaa sayyidina Muhammad. Amin...
Demikakianlah penjelasan ringkas , semoaga bermanfaat untuk kita semua
buat yang menbaca semoga Allah menberikan petunjuk kejalan yang benar dan di ridhoi dnuia dan Akhirat...... amin .. amin...amin.... Ya rabbal alamin...
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Da'wah Agama Islam. Silahkan kunjungi di http://www.facebook.com/
Pendapat Ulama Tentang Bidah Hasanah
Sering kali terdengar oleh kita perdebatan seputar hal bid'ah dan sunnah. bahkan perdebatan ini menjurus pada perpecahan. Padahal tidak harus demikian, justru perbedaan itu adalah rahmat, asalkan kita mau berlapang dada. Oleh karenanya menjadi penting bagi umat muslim untuk mengetahui apakah bid'ah itu, dan bid'ah seperti apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan? <br />
Menurut para ulama’ bid’ah dalam ibadah dibagi dua: yaitu bid’ah hasanah dan bid’ah dhalalah. Di antara para ulama’ yang membagi bid’ah ke dalam dua kategori ini adalah:
1. Imam Syafi’i
Menurut Imam Syafi’i, bid’ah dibagi dua; bid’ah mahmudah dan bid’ah madzmumah. Jadi bid’ah yang mencocoki sunah adalah mahmudah, dan yang tidak mencocoki sunah adalah madzmumah.
Bid’ah hasanah/mahmudah dibagi menjadi dua. Yang pertama adalah bid’ah wajib seperti kodifikasi (pengumpulan) al-Qur’an pada zaman Khalifah Utsman bin Affan dan pengumpulan hadits ke dalam kitab-kitab besar pada zaman sesudahnya.
Sedangkan bid’ah hasanah yang kedua adalah bid’ah sunah, seperti shalat tarawih 20 rakaat pada zaman khalifah Umar bin Khathab.
2. Imam al-Baihaqi
Bid’ah menurut Imam Baihaqi dibagi dua; bid’ah madzmumah dan ghairu madzmumah. Setiap Bid’ah yang tidak menyalahi al-Qur’an, Sunah, dan Ijma’ adalah bid’ah mahmudah atau ghairu madzmumah. Sedangkan bid’ah yang tercela (madzmumah) adalah bid’ah yang tidak memiliki dasar syar’i sama sekali.
3. Imam Nawawi
Bid’ah menurut Imam Nawawi dibagi menjadi dua; bid’ah hasanah dan bid’ah qabihah.
4. Imam al-Hafidz Ibnu Atsir
Ibnu Atsir juga membagi Bid’ah menjadi dua; bid’ah yang terdapat petunjuk nash (teks al-Qur’an/hadits) di dalamnya, dan bid’ah yang tidak ada petunjuk nash di dalam¬nya.
Jadi setiap bentuk bid’ah yang menyalahi kitab dan sunah adalah tercela dan harus diingkari. Akan tetapi bid’ah yang mencocoki keumuman dalil-dalil nash, maka masuk dalam kategoti terpuji.
Lalu bagaimana dengan hadits
"Setiap bid’ah adalah sesat".
Berikut ini adalah pendapat para ulama’:
1. Imam Nawawi
Hadits di atas adalah masuk dalam kategori ‘am (umum) yang harus ditakhshish (diperinci).
2. Imam al-Hafidz Ibnu Rajab
Hadits di atas adalah dalam kategori ‘am akan tetapi yang dikehendaki adalah khash (‘am yuridu bihil khash). Artinya secara teks hadits tersebut bersifat umum, namun dalam pemaknaannya dibutuhkan rincian-rincian.
Ada sebagian ulama’ yang membagi bid’ah menjadi lima bagian sebagai berikut,
1. Bid’ah yang wajib dilakukan : contohnya, belajar ilmu nahwu, belajar sistematika argumentasi teologi dengan tujuan untuk menunjukkan kepada orang-orang atheis dan orang-orang yang ingkar kepada agama Islam, dll.
2. Bid’ah yang mandub (dianjurkan): contohnya, adzan menggunakan pengeras suara, mencetak buku-buku ilmiah, membangun madrasah, dan lain-lain.
3. Bid’ah yang mubah : contohnya, membuat hidangan makanan yang berwarna warni, dan sejenisnya.
4. Bid’ah yang makruh : contohnya, berlebihan dalam menghias mushaf, masjid dan sebagainya.
5. Bid’ah yang haram: yaitu setiap sesuatu yang baru dalam hal agama yang bertentangan dengan keumuman dalil syar’i. misalnya solat isya tujuh rekaat dll.
Yang jelas mencintai, mengikuti, dan mempercayai pendapat para Habib (Keturunan Nabi Muhammad saw) lebih dapat dipercaya, lebih berkah, dan lebih selamat daripada mempercayai seseorang yang baru belajar beberapa hadist lalu mengaku-ngaku menguasai dan memahami Al-Quran dan Hadist dan menyesat-nyesatkan yang lain. Yang membenci para Habib jangan harap dapat syafaat Nabi Muhammad saw
Baca tausiyah-tausiyah inspiratif lainnya hanya di :
Ayat-Ayat Cinta
Dimohon dengan ikhlas meng-klik "bagikan"/"share"
Agar bermanfaat bagi saudara mukmin yg lain
>>> YAKINLAH JODOH TERBAIK PASTI ADA
Seseorang hadir di hidupmu, karena sebuah alasan, Dia datang menawarkan kebahagiaan dan juga kekecewaan. Kadang, ada yang hanya datang menyapa saja, tetapi ada pula yang sudah jauh melangkah.
Mereka datang silih berganti meninggalkan kenangan yang terkadang perih. Namun, percayalah. Akan ada seseorang yang datang dan menetap sepanjang masa hidupmu.
Allah sengaja membiarkanmu bertemu dengan beberapa orang yang salah, sebelum akhirnya mempertemukanmu dengan orang yang tepat agar kamu bisa mensyukuri karunia-Nya dan bisa belajar dengan semua kesalahanmu.
Jangan pernah menganggap sakit hatimu sebagai cara untuk menjauhi indahnya hidup. Tapi jadikanlah sakit hatimu sebagai pelajaran yang sangat berharga dalam hidupmu. Yakinlah Allah telah menyiapkan Jodoh yang terbaik untukmu.
Cinta yang dahsyat (ceramah al-Habib Taufiq bin Abdul Qadir as-Segaf dari Pasuruan-Jawa Timur beberapa tahun yang lalu)
Tiada
yang lebih indah, tiada yang lebih istimewa, tiada yang lebih dahsyat
daripada Baginda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Oleh karena
itulah, para pecinta beliau shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah
berhenti menghaturkan shalawat serta salam kepada beliau shallallahu
alaihi wa sallam. Para perindu beliau shallallahu alaihi wa sallam
tiada lelah merangkai puja puji yang terbaik untuk beliau shallallahu
alaihi wa sallam. Tiada seorang wanitapun di muka bumi ini yang
melahirkan bayi yang lebih istimewa dari Baginda Muhammad shallallahu
alaihi wa sallam.
Dalam al-Qur’an, Allah Subhanahu wa
taala berfirman yang artinya: “Katakanlah, ‘Jika ayah-ayah, anak-anak,
saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang
kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatir kerugiannya, dan tempat
tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan
Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusan-Nya, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang yang fasik.”(at-Taubah:24)
Anas bin Malik berkata: “Tidak
ada satu malam pun berlalu kecuali aku menyaksikan Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam.” Karena rasa cinta yang begitu besar,
sahabat yang satu ini setiap hari mesti menemui baginda Nabi shallallahu
alaihi wa sallam.
Tidak ada hal yang lebih disenangi para
sahabat daripada pertemuan dengan Baginda Nabi shallallahu alaihi wa
sallam. Ketika beliau shallallahu alaihi wa sallam meninggal dunia, para
sahabat merasakan kehilangan yang tiada tara. Sebagian dari mereka
tidak sanggup lagi di kota Madinah. Di antara sahabat yang demikian
adalah Bilal RA. Ia meninggalkan Madinah dan memilih tinggal di daerah
bernama Darriyah.
Di suatu malam, setelah genap setahun
meninggalkan Madinah, dia bangun dari tidur sembari menangis. Istri
Bilal yang merasa heran menghampirinya dan bertanya, “apa yang membuat
anda menangis?” Bilal RA (Radhiyallahu Anhu/ semoga Allah meridha’i
beliau) menjawab, dalam tidur tadi aku bermimpi bertemu Baginda Nabi
Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Beliau shallallahu alaihi wa
sallam bertanya kepadaku ‘Kenapa engkau menjauh wahai Bilal? Bukankah
sekarang saatnya engkau mengunjungiku?.”
Pagi harinya Bilal RA
bertolak menuju Madinah, sesampainya di kota itu Bilal RA menghampiri
makam Baginda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan bersimpuh. Dia
memeluk makam junjungannya itu. Abu Bakar ash-Shiddiq RA yang mendengar
kedatangan Bilal langsung datang ke makam Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam.
Setelah puas berziarah, Bilal menghampiri Abu Bakar
RA. Bilal tak kuasa menahan tangis tatkala mengingat dahulu Abu Bakar
RA adalah adalah sahabat yang senantiasa mendampingi Baginda Rasul
shallallahu alaihi wa sallam, Abu Bakar RA pun demikian. Ia sedih ketika
mengenang Bilal berkhidmat (mengabdi) kepada Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam., menenteng sandal beliau shallallahu alaihi wa sallam
dan membawakan tongkat beliau shallallahu alaihi wa sallam.
Di
tengah suasana haru itu Abu Bakar RA berkata: “Wahai Bilal, sudikah kamu
mengumandangkan azan untuk kami sebagaimana dahulu kamu mengumandangkan
azan untuk Baginda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam?”
Dengan berat, Bilal RA menolak permintaan itu, “maafkan aku, aku sudah
tidak mampu lagi azan setelah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
meninggal.”
Tiba-tiba Umar bin Khattab RA datang menghampiri
mereka. Ia minta Bilal RA agar bersedia mengumandangkan azan, Bilal
tetap menampik permintaan itu. “Aku tadi menolak permintaan Abu Bakar
dan sekarang engkau memohon wahai Umar. Ketahuilah, dulu setiap kali
selesai azan, aku menghampiri rumah Rasulullah dan berkata ‘ waktunya
shalat wahai Rasulullah’ dan sekarangg aku mesti mengucapkan kalimat itu
kepada siapa?”
Akhirnya Abu Bakar RA dan Umar RA tidak dapat
memaksa Bilal RA. Mereka hanya menangis mengenang masa-masa indah
bersama Baginda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Kemudian
datanglah Hasan dan Husein dua cucu Baginda Nabi shallallahu alaihi wa
sallam. Kala itu Hasan berusia 9 tahun, dan Husein 8 tahun. Bilal
langsung mememeluk mereka berdua. Ia mendekap erat dua bocah itu
lantaran merasakan bau harum Baginda Rasul shallallahu alaihi wa sallam
masih tersisa di tubuh keduanya.
Hasan dan Husein berkata
kepada Bilal, “sudikah anda mengumandangkan azan seperti dulu anda
lakukan untuk kakek kami? Kami rindu dengan suara itu. Kami ingin
mendengarkan suara itu. Kami ingin mendengar azan itu.” Tangis Bilal
kian menjadi. Dengan suara parau dia berkata kepada kedua anak kecil
itu, “apa yang bakal aku utarakan kelak di hadapan Allah subhanahu wa
taala? Aku mampu menolak permintaan Abu Bakar RA dan Umar RA. Sekarang
apa yang bisa aku katakan kepada kalian wahai cucu Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam? Aku khawatir kalau menolak kalian, nanti
permintaanku di hari kiamat ditolak datuk kalian. Untuk kalian berdua
aku akan azan.”
Bilal berjalan menujur menara masjid Nabawi.
Begitu sampai di atas menara, dia mulai azan dengan lafal “allahu
akbar.” Suara merdu itu terdengar oleh penduduk Madinah. Mereka yang ada
di pasar serentak menghentikan kesibukan. Mereka langsung teringat
kumandang azan sewaktu bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
setahun lalu. Kemudian Bilal mengucapkan “allahu akbar” yang kedua.
Mendengar suara itu, penduduk Madinah yang berada di dalam rumah
berhamburan keluar. Tatkala Bilal mengucapkan “asyhadu alla ilaha
illallah,” seseorang berseru, “apakah Rasulullah hidup lagi?” Lalu pada
saat “asyhadu alla ilaha illallah” yang kedua bergema dari lisan Bilal,
para perempuan keluar mengira Baginda Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam hidup kembali. Seluruh penduduk Madinah pergi ke mesjid Nabawiy
sehingga kota itu menjadi lengang.
Sementara itu, tatkala Bilal
RA hendak menyerukan lafaz “asyhadu anna Muhammadar rasulullah” dia
berhenti lantaran tidak kuasa menahan kerinduan kepada Baginda
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Dia dan seluruh penduduk
Madinah menangis karena mengenang momen-momen terindah bersama Baginda
Rasul shallallahu alaihi wa sallam.
Demikianlah rasa cinta para
sahabat terhadap Baginda Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Begitu
mengenal insan termulia ini, mereka takkan mampu melupakannya.
Dikisahkan bahwa ketika Bilal RA mendekati ajalnya, anak-anaknya merasa
kebingungan. Mereka berkata, “Abah kami akan meninggalkan kami.”
Sementara itu Bilal RA merasa senang. “Betapa bahagia hatiku karena esok
aku akan bertemu dengan sang kekasih, Muhammad shallallahu alaihi wa
sallam dan orang-orang yang dekat dengan Muhammad shallallahu alaihi wa
sallam katanya.”
Rasa cinta yang mendalam kepada Baginda Nabi
shallallahu alaihi wa sallam juga dirasakan oleh Zaid bin ad-Datsina RA
salah seorang assabiqunal awwalun (orang-orang yang lebih dahulu masuk
Islam). Suatu ketika Zaid RA ditangkap dan disiksa oleh kaum musyrikin.
Seseorang berkata kepadanya saat itu, “wahai Zaid, apakah kamu senang
bila Muhammad sekarang di sini menggantikan dirimu disiksa sementara
kamu di rumah bersama keluargamu?”
Dengan lugas Zaid RA
menjawab, “Demi Allah, seandainya Muhammad sekarang di rumahnya tertusuk
duri aku takkan rela meski aku sekarang ada di rumahku, apalagi ia
mesti menggantikan diriku di sini.” Saat itu Zaid RA dalam keadaan
sekarat karena beratnya siksaan yang beliau terima.
(catatan
ulun: Zaid RA tidak rela Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
tersakiti meski hanya tertusuk duri, dan Zaid RA rela dirinya disiksa
asalkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam selalu dalam keadaan
aman).
Abu Sufyan yang kala itu belum beriman berkata, “aku
belum pernah menyaksikan di antara manusia yang saling mencintai seperti
kuat dan mendalamnya rasa cinta para sahabat kepada Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam.
Kisah-kisah di atas mengingatkan
kita kepada sahabat-sahabat yang mengenal insan termulia, Baginda
Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Apakah kita lupa pada sosok yang
paling agung ini? Masihkah wanita dan harta yang menggoda kita bakal
terus melupakan dari beliau? Demi Allah, seandainya Baginda Muhammad
shallallahu alaihi wa sallam ada di tengah kita, niscaya kita akan
melupakan segala urusan kita lantaran menyaksikan makhluk terbaik dan
pribadi paling mulia itu. Karena itu mari kita jadikan maulid ini
sebagai momen untuk mendekatkan diri kepada Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam. Sepulang dari majelis ini, mari kita benahi iman kita.
Kita jadikan Beliau shallallahu alaihi wa sallam sebagai insan yang
paling kita cintai. Cinta kepada beliau shallallahu alaihi wa sallam
adalah bagian dari kesempurnaan iman. Baginda Nabi shallallahu alaihi wa
sallam bersabda, “Demi Allah, tidak sempurna iman seseorang di antara
kalian sampai diriku lebih ia cintai daripada dirinya sendiri, hartanya,
keluarganya, orang tua, dan anak-anaknya.”
Mudah-mudahan kita bisa mengamalkan semua ini. Amien
Sumber:
Rekaman ceramah al-Habib Taufiq bin Abdul Qadir as-Segaf
Majalah Cahaya Nabawiy edisi no 122, hlm 41-44
Islam di Selandia Baru semakin berkembang
Di
samping peran kuat para imigran dalam mendakwahkan Islam, peran para
pelajar muslim yang datang dari berbagai belahan dunia juga tidak kecil.
Dewasa ini, agama Islam semakin diterima semua kalangan. Termasuk di
Selandia Baru. Seperti halnya muslim di negara tetangganya, Australia,
mayoritas pemeluk Islam di Selandia Baru adalah imigran-imigran yang
datang dari Jazirah Arab dan Afrika serta beberapa kelompok kecil dari
Asia Tenggara, seperti Malaysia dan Indonesia.
Kehadiran imigran ini menjadi kunci keberhasilan dakwah Islam di
Selandia Baru. Itu tercermin dari banyaknya penduduk asli Selandia Baru
yang tertarik memeluk Islam.
Selain itu, banyaknya organisasi
Islam di sana juga mengindikasikan bahwa Islam di Selandia Baru semakin
bertambah secara kuantitas. Tercatat, sekitar 40 ribu warga Selandia
Baru adalah muslim.
Di samping peran kuat para imigran dalam
mendakwahkan Islam, peran para pelajar muslim yang datang dari berbagai
belahan dunia juga tidak kecil.
Penyebaran agama Islam di
Selandia Baru semakin cepat dengan didirikannya beberapa Islamic centre.
Saat ini, terdapat tiga Islamic centre di Selandia Baru, dua di
Auckland dan satu di Wellington.
Selain Islamic centre, juga
terdapat beberapa sekolah yang berbasis Islam, antara lain Al-Madina di
Auckland, yang memiliki jenjang pendidikan dari TK hingga SLTA, juga
Annur di Christchurch, yang dimulai dari pra-TK.
Yang juga
sangat membanggakan, Selandia Baru, yang nota bene umat Islam di sana
masih minoritas, ternyata juga memiliki seorang atlet muslim yang sangat
berbakat, Sonny Bill Williams. Tak kurang, Wakil Presiden Federasi
Asosiasi Islam Selandia Baru, Javed Khan, pun memberikan apresiasi. Ia
mengatakan, Sonny, selain atlet berbakat yang dimiliki negara itu, juga
adalah figur muslim paling terkenal di Selandia Baru.
Saat
ini, seperti dilansir dari AFP Rabu (4/1), ia memang belum masuk dalam
jajaran Muslim Dunia Paling Berpengaruh. “Saya pikir, satu-satunya
alasan ia tidak masuk 500 Muslim Dunia lantaran dunia Islam belum
menyadari potensi Muslim Selandira Baru. Mudah-mudahan, Sonny akan masuk
dalam daftar Muslim Dunia Paling Berpengaruh di tahun mendatang,” kata
Javed.
disalin dari
http://majalah-alkisah.com/ index.php/home/ 959-islam-di-selandia-baru-sema kin-berkembang akses 28-02-2013
Tausyiah: al-Habib Noval bin Muhammad al-Aydrus Pentingnya memilah (memisah atau membagi) makanan
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu anhu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda yang artinya, “Sesungguhnya Allah subhanahu wa taala itu baik
dan tidak mau menerima kecuali yang baik. Sesungguhnya Allah subhanahu
wa taala itu memerintahkan kepada kaum mukminin seperti yang Dia
perintahkan kepada para rasul. Maka Allah subhanahu wa taala berfirman:
‘Wahai para rasul! Makanlah dari (makanan) yang baik-baik, dan
kerjakanlah kebajikan’ (QS. al-Mukminun 23: 51) dan Allah subhanahu wa
taala berfirman: ‘Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari rejeki
yang baik yang Aku berikan pada kalian’ (QS al-Baqarah:172). Kemudian
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menyingung kisah orang yang
bepergian lama, rambutnya kusut, berdebu, dan menengadahkan tangannya ke
langit untuk berdo’a, ‘Wahai Rabb-ku, wahai Rabb-ku,’ sementara
makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan diberi
kecukupan dengan yang haram, bagaimana do’anya akan dikabulkan?”
Hadits yang cukup panjang ini memuat dua wahyu Allah subhanahu wa taala
yang intinya menganjurkan kita agar memilah makanan yang masuk ke
dalam tubuh kita. Tak dapat dipungkiri bahwa makanan yang masuk ke dalam
tubuh kita mempunyai peran penting dalam membentuk karakter
(kepribadian) diri kita. Makanan akan sangat menentukan akankah kita
menjadi insan yang dekat dengan Allah taala atau jauh dari-Nya?
Sesungguhnya Allah subhanahu wataala itu baik, mahasuci dari segala
kekurangan. Tiada hal yang kurang dari Allah subhanahu wa taala. Segala
kesempurnaan terhimpun pada-Nya. Oleh karena itu Allah subhanahu wa
taala hanya mau menerima hal-hal yang baik. Hanya ucapan, perbuatan, dan
harta derma yang baik yang diterima Allah subhanahu wa taala. Allah
subhanahu wa taala berfirman yang artinya: “Kepada-Nyalah terangkat
perkataan yang baik dan amal shaleh yang dinaikkan-Nya.....” (QS. Fathir
10).
Ucapan yang terbaik adalah kalimat “La ilaha Ilallah.”
Ucapan yang diterima Allah subhanahu wa taala adalah ucapan yang
susunannya bagus serta dilandasi niat yang bagus. Seandainya susunan
kalimat yang diucapkan seseorang baik tetapi dilandasi niat yang tidak
baik, maka ucapan semisal ini ditolak oleh Allah subhanahu wa taala.
Sholat adalah salah satu misal. Dari ilmu fikih kita tahu bahwa sholat
adalah ibadah yang terangkai dari gerakan dan ucapan. Surat al-Fatihah
adalah bacaan yang mesti diucapkan dengan lisan dalam sholat. Bacaan ini
harus benar-benar disampaikan dengan khusyuk dan tulus kepada Allah
subhanahu wa taala. Apabila tidak, maka shalat yang dilaksanakan tidak
akan diterima. Dalam salah satu hadits diriwayatkan bahwa apabila
seseorang melaksanakan sholat tanpa disertai khusyuk, maka Allah
subhanahu wa taala akan melemparkan shalat itu ke wajahnya seperti
melemparkan kain usang yang kotor. Bagaimana tidak, Allah subhanahu wa
taala hanya mau menerima hal-hal yang baik. Karena itulah para ulama
berkata: “Memperbagus amal itu jauh lebih baik dari pada memperbanyak
amal.”
Bagaimanakah agar segala amal dan ucapan kita menjadi
bagus dan berkualitas sehingga kelak diterima Allah taala? Mari kita
perhatikan firman Allah taala yang artinya: “Wahai para rasul! Makanlah
dari (makanan) yang baik-baik, dan kerjakanlah amal shaleh.” (QS.
al-Mukminun 23: 51).
Dalam ayat ini Allah subhanahu wa taala
memerintahkan kaum mukminin agar mawas diri dalam memilih makanan dan
minuman mereka, baru kemudian memerintahkan ketaatan. Mengapa demikian?
Para ulama berpendapat bahwa makanan yang halal adalah energi yang
menggerakkan manusia untuk berbuat baik. Tanpa makanan yang halal, amal
sholeh mustahil ada, bahkan akan ditolak oleh Allah subhanahu wa taala.
Sebagian ulama mengungkapkan bahwa apabila seseorang memakan makanan
haram, maka selama beberapa hari amal ibadahnya tidak diterima.
Sepenggal khobar atau riwayat sahabat menyebutkan bahwa makanan yang
haram bakal menggerakkan manusia untuk berbuat haram. Begitupun
sebaliknya, makanan yang halal akan menggerakkan manusia untuk berbuat
yang halal atau ketaatan. Walhasil, bila kita ingin mengetahui haram
atau halalnya makanan yang kita makan, maka kita bisa melihat
tindak-tanduk kita sehari-hari. Manakah yang lebih dominan atau lebih
sering kita lakukan, ketaatan atau maksiat? Inilah yang menjadi tolok
ukur rejeki yang telah kita makan.
Terkadang makanan yang haram
itu enak dan menggoda selera. Sedangkan makanan yang halal terkadang
terasa kurang enak di lidah. Ada baiknya sesekali kita menikmati makanan
halal yang enak dengan tujuan menumbuhkan rasa syukur di hati kita. Tak
ada larangan bagi kaum muslimin untuk mengkonsumsi (memakan) aneka
makanan yang enak selama makanan itu halal. Dalam catatan tarikh
(sejarah) banyak diriwayatkan bahwa Baginda Rasul shallallahu alaihi wa
sallam menyukai daging paha atas kambing atau unta. Sesekali makan
makanan enak memang bisa menerbitkan rasa syukur kepada Allah subhanahu
wa taala asalkan masih dalam porsi wajar dan tidak berlebihan. Rasa
syukur semacam ini bisa mengalahkan shalat sunnah.
Dahulu Imam
Syafi’i rahimahullah dikenal sebagai sosok yang zuhud dan wara’. Beliau
hanya makan sedikit saja. Akan tetapi sewaktu bertamu di rumah muridnya,
Imam Ahmad bin Hanbal, beliau makan dengan lahap. Ketika ada orang
bertanya mengenai sikap beliau yang tidak biasa, beliau menjawab: “Di
sini semuanya halal. Aku makan banyak agar kuat beribadah.” Suatu kali
guru saya (Habib Anis bin Alwi al-Habsyi) memantau kondisi kaum muslimin
yang menghadiri haul. Kala itu mereka tengah asyik menyantap hidangan
yang beliau sediakan. Di tengah situasi itu beliau menyaksikan seorang
santri yang tidak mau menyentuh makanan sama sekali. Beliau menghampiri
santri itu dan bertanya: “Kenapa kamu tidak ikut makan?” santri tadi
menjawab: “Maaf bib, saya lagi mujahadah.” Mendengar ucapan itu beliau
langsung memberikan teguran: “Mujahadah itu bagus, akan tetapi kamu
salah memilih tempat dan waktu. Ada waktunya kita menahan diri dari
makan, ada waktunya pula kita mesti makan-makan. Coba perhatikan, di
hari Idul Adha kita diharamkan puasa lantaran umat Islam banyak
menyembelih kurban. Seandainya kaum muslimin puasa semua, siapa yang
akan makan daging kurban?”
Satu hal yang mesti kita lakukan
berkaitan dengan kegiatan makan kita adalah meneliti halal atau tidaknya
makanan yang kita telan. Jujur saja, sekarang ini kita semua tidak
cukup hati-hati meneliti makanan, padahal dampak makanan haram begitu
dahsyatnya. Baginda Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Setiap
daging yang tumbuh dari makanan yang haram lebih layak dibakar api
neraka........” Oleh karena itu, hendaknya kita teliti betul makanan
yang masuk ke dalam perut kita. Bila hendak makan di retoran atau rumah
makan, ada baiknya kita bertanya mengenai komposisi menu yang tersedia
di situ. Seandainya ada kandungan bahan yang haram, maka sebaiknya kita
tinggalkan. Tak usah malu untuk menanyakan hal yang sangat penting bagi
urusan agama kita. Mari kita ajarkan anak-anak kita untuk meneliti halal
atau haramnya suatu makanan. Kita bimbing mereka agar memilih
makanan-makanan yang mendapat label halal dari Majelis Ulama Indonesia.
Tidak lupa kita nasehati mereka agar senantiasa menjauhi cara-cara yang
tidak jujur dalam mencari rejeki. Dengan demikian, kelak mereka akan
menjadi insan-insan yang wara’, yang tak mau gegabah dalam makan, minum
dan segala aktivitas mereka.
Disalin dari
Majalah Cahaya Nabawiy, edisi 109, Dzulqa’dah 1433 H.
Mukjizat Indra Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
Dari
mulut Nabi Muhammad SAW, mun¬cullah kemukjizatan. Yaitu suaranya dan
air ludahnya, yang tidak hanya ha¬rum tapi juga membawa manfaat.
Ummu Ma’bad Radhiyallahu ’Anha mengatakan, “Rasulullah memiliki nada
suara yang cukup keras.” (HR Ath-Tha¬barani, Al-Hakim, Ibnu Sa’ad, dan
lainnya).
Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abdurrahman bin
Mu’adz menyebutkan, “Rasulullah berkhutbah kepada kami di Mina, dan
Allah membukakan pende¬ngaran kami, sehingga kami benar-benar dapat
mendengar apa yang diucapkan dalam khutbahnya, meskipun kami ber¬ada di
dalam kemah-kemah kami.” (HR Abu Dawud, An-Nasa’i, Ad-Dara¬mi, dan
lain¬nya).
Bisa dibayangkan, sekarang, untuk bisa bicara dengan
orang banyak, sese¬orang harus menggunakan loud speaker. Maka adalah
suatu mukjizat ketika pada waktu itu Nabi SAW dalam jarak begitu jauh
suaranya bisa terdengar dari kemah-kemah para haji di Mina.
Jadi hadits Ummu Ma’bad yang me¬ngatakan bahwa Nabi memiliki suara yang
cukup keras dimengerti dalam dua makna. Pertama, memang suara beliau
lebih keras dari orang kebanyakan. Dan ke¬dua, “keras” itu dalam arti
memiliki ge¬lombang suara yang panjang, sehingga menjangkau orang-orang
yang jauh dari dirinya.
Ummu Hani’ binti Abu Thalib
menga¬takan, “Sesungguhnya aku benar-benar dapat mendengar suara bacaan
Rasul¬ullah SAW meskipun aku berada di atas tempat tidurku, yakni suara
bacaannya da¬lam shalat malam hari.” (HR Ahmad, An-Nasa’i, Ibnu Majah,
dan Al-Hakim).
Abdullah bin Buraidah menceritakan dari ayahnya,
yang mengatakan, “Kami shalat bersama Rasulullah SAW. Setelah selesai
dari shalatnya, beliau menghadapkan dirinya kepada kami da¬lam keadaan
bersemangat, lalu berseru dengan suara keras, sehingga suaranya
terdengar oleh kaum wanita yang berada di dalam kemahnya masing-masing.
Da¬lam sabdanya itu beliau mengatakan, ‘Wahai orang-orang yang telah
masuk Islam, sedang iman masih belum mere¬sap ke dalam hatinya,
janganlah kalian mencela sesama muslim dan jangan pula mencari-cari
kelemahan mereka, karena sesungguhnya barang siapa mencari-cari
kelemahan saudara semuslimnya, nis¬caya Allah bakal membeberkan aibnya
dan menempatkan kelemahannya, mes¬kipun ia tertutup berada di dalam
rumah¬nya’.” (HR Ath-Thabarani).
Air Ludah Nabi
Pada
umumnya air ludah manusia berbau atau menjijikkan. Namun, air ludah yang
keluar dari mulut Nabi begitu harum. Bak minyak wangi yang semerbak
memenuhi udara sekitar.
Tidak hanya harum, air ludah Nabi juga bermanfaat untuk kesehatan. Di an¬taranya dapat mengobati berbagai luka.
Wa’il bin Hujr RA mengatakan, “Per¬nah kudatangkan seember air kepada
Nabi SAW lalu beliau minum darinya dan mengeluarkannya kembali ke dalam
ember. Kemudian menuangkan airnya ke dalam sumur. Atau beliau minum dari
ember itu, lalu mengeluarkannya kembali langsung ke dalam sumur. Maka
muncul¬lah bau harum dari sumur itu seperti bau minyak kasturi.” (HR
Ahmad, Ath-Tha¬barani, dan Ya’qub bin Sufyan).
Umairah binti
Mas’ud Radhiyallahu ’Anha menceritakan, ia bersama kelima saudarinya
masuk menemui Nabi SAW untuk menyatakan janji setia mereka kepada
beliau. Mereka menjumpai beliau sedang makan dendeng lalu beliau
me¬motong-motong dendeng itu dengan mu¬lutnya untuk mereka. “Beliau
memberikan sepotong dendeng kepadaku, lalu aku lang¬sung mengunyahnya.”
Masing-ma¬sing mereka mendapatkan sepotong dendeng. Maka sejak itu
hingga mereka me¬ninggal dunia tidak lagi tercium bau yang tidak enak
dari mulut mereka (HR Ath-Thabarani).
Begitu juga cerita yang
dibawakan oleh Abu Usaid dan Sahl bin Sa’d. “Ra¬sulullah mendatangi
sumur Budh’ah, lalu ber¬wudhu’ dari sebuah timba dan me¬ngembalikan
timbanya ke dalam sumur, dan sekali lagi beliau berkumur dan mem¬buang
airnya langsung ke dalam sumur serta meludah ke dalamnya dan juga mi¬num
sebagian dari airnya. Sejak saat itu pada masa Nabi SAW bila ada orang
yang terkena penyakit, mereka menya¬ran¬kan, ‘Sebaiknya mandikanlah dia
dari air sumur Budha’ah.’
Setelah si pasien dimandikan,
sem¬buhlah ia dari sakitnya, seakan-akan se¬perti orang yang baru
terlepas dari ikatan (sihir).” (Ibnu Sa’ad).
Demikian pula
kesaksian Anas bin Malik, pelayan Rasulullah. Ia mengata¬kan, “Kami
datang ke Quba bersama Ra¬sulullah SAW hingga sampai di sebuah sumur
yang ada di sebuah kebun. Lalu beliau mengambil air minum dari sumur
tersebut yang diangkut dengan keledai. Selanjutnya, kami berada di
tempat itu sepanjang siang hari. Tapi ternyata air sumur itu telah
kering, maka Rasulullah SAW berkumur dari sebuah timba dan
me¬muntahkannya kembali ke dalam tim¬ba, lalu mengembalikan timba itu ke
da¬lam sumur, tidak lama kemudian sumur itu berair kembali.” (Ibnu Sa’d
dan Ibnu Asakir).
Sahabat Razinah mengatakan, “Ra¬sul¬ullah
SAW menghormati hari Asyura, sehingga, bila tiba hari itu, beliau
mengundang anak-anak asuhnya dan anak-anak Fathimah yang masih menyu-su,
lalu beliau meludahi mulut mereka dan bersabda kepada ibunya
masing-masing, ‘Jangan kalian susui mereka sampai ma¬lam hari.’ Ternyata
air ludah beliau cukup mengenyangkan mereka.” (HR Abu Ya’la dan
Ath-Thabarani).
Mengobati Luka
Abdullah bin Buraidah
mengatakan, “Aku pernah mendengar ayahku bercerita bahwa Rasulullah SAW
mengobati kaki ‘Amr bin Mu’adz dengan air ludahnya ke¬tika kakinya
terpotong, tidak lama kemu¬dian kakinya sembuh.” (HR Ibnu Hibban).
Sahl bin Sa’d menceritakan, dia per¬nah mendengar Nabi SAW bersabda
da¬lam Perang Khaibar, “Aku benar-benar akan menyerahkan panji-panji ini
kepada seseorang yang dengan melaluinya Allah bakal menganugerahkan
kemenangan.”
Maka mereka pun bangkit berdiri. Se¬tiap orang berharap, dirinyalah yang ba¬kal terpilih untuk diserahi tugas tersebut.
Namun mendadak beliau bertanya, “Di manakah Ali?”
Ketika dijawab bahwa Ali sedang menderita sakit mata, beliau menyu¬ruh¬nya untuk menghadap.
Setelah Ali menghadap, beliau meng¬obati kedua mata Ali dengan air
ludahnya. Saat itu juga mata Ali sembuh seperti se¬dia kala, seakan-akan
tidak pernah sakit mata sebelumnya (HR Al-Bukhari).
Ummu Musa
menceritakan, ia pernah mendengar Ali mengatakan, “Aku tidak pernah lagi
mengalami sakit mata dan ti¬dak pula merasa pusing sejak Rasulullah SAW
mengusap wajahku dan mengobati sakit mataku dengan air ludahnya pada
saat Perang Khaibar, saat beliau menye¬rahkan panji-panji pasukan kaum
mus¬limin kepadaku.” (HR Ahmad dan Abu Ya’la).
Diriwayatkan
dari Jurhud, ia datang menghadap kepada Nabi SAW yang saat itu telah
disajikan jamuan makan di ha¬dapan beliau. Jurhud menjulurkan tangan
kirinya untuk menyantap jamuan itu, ka¬rena tangan kanannya menderita
sakit, maka Nabi SAW bersabda, “Makanlah dengan tangan kananmu!”
Jurhud menjawab, “Wahai Rasul¬ul¬lah, tangan kanan kananku sakit.”
Nabi pun mengobatinya dengan air lu¬dahnya, maka sejak saat itu tangan
Jur¬hud tidak pernah sakit lagi hingga tutup usia. (HR Ath-Thabarani).
Rifa’ah binti Rafi RA mengatakan, “Aku terkena anak panah dalam Perang
Ba¬dar hingga melukai mataku, maka Ra¬sulullah SAW mengobati mataku
dengan air ludahnya dan berdoa untuk kesem¬buhanku. Sesudah itu mataku
sembuh seperti sediakala.” (HR Ath-Thabarani dan Al-Hakim).
Penyembuhan penyakit mata dengan air ludah Nabi SAW terjadi juga pada
Abu Dzar, sebagaimana dituturkan Abdurrah¬man bin Al-Harits bin Ubaid,
yang meri¬wayatkan dari kakeknya, yang menga¬takan, “Dalam Perang Uhud
salah satu mata Abu Dzar terluka, lalu Nabi SAW mengobatinya dengan air
ludahnya. Se¬sudah itu matanya pun sembuh dan men-jadi yang tersehat di
antara keduanya.” (HR Abu Ya’la).
Yazid bin Abu Ubaid
mengatakan, “Aku melihat bekas sabetan pedang pada kaki Salamah, maka
aku bertanya, ‘Hai Abu Muslim, ini bekas luka apa?’
Dia menjawab,
‘Ini adalah bekas luka kena sabetan pedang dalam Perang Khaibar. Saat
itu orang-orang mengata¬kan: Salamah terluka! Selanjutnya, aku datang
kepada Nabi SAW dan beliau meludahi lukaku sebanyak tiga kali, maka
sejak itu aku tidak pernah merasa sakit lagi dari bekas lukaku ini
hingga seka¬rang.” (HR Al-Bukhari).
Abu Qatadah RA
menceritakan, “Ra¬sulullah SAW menyusulku pada hari Pe¬rang Dzu Qird,
lalu beliau memandangku dan bertanya, ‘Luka apakah yang menge¬nai
wajahmu?’
Aku menjawab, “Wahai Rasulullah, ini luka karena anak panah musuh yang mengenaiku.’
Beliau bersabda, ‘Mendekatlah!’
Aku pun mendekat dan beliau melu¬dahi lukaku, maka sejak saat itu lukaku pun sembuh’.” (HR Al-Hakim).
Hadits shahih yang diriwayatkan oleh Urwah bin Mas’ud Ats-Tsaqafi
mencerita¬kan dari sahabat-sahabat Nabi, “Demi Allah, tidaklah
sekali-kali Rasulullah SAW mengeluarkan dahak dan kebetulan me¬ngenai
tangan salah seorang di antara me¬reka melainkan orang itu pasti
meng¬gosok-gosokkan dahak Nabi SAW (yang harum) itu ke wajah dan
kulitnya.” (HR Al-Bukhari).
http://majalah-alkisah.com/ index.php/dunia-islam/ 1977-wajah-nabi-muhammad-saw-mu kjizat-indra-rasulullah akses 23-02-2013
Tiga Nasehat Empat Tabiat
Tiga nasehat dan empat tabiat
Sesungguhnya di dunia ini ada empat macam orang: orang yang di¬berikan
rizqi dan ilmu oleh Allah SWT lalu ia bertaqwa kepada Tuhannya,
menyam¬bung silaturahim, dan tahu bahwa Allah pu¬nya hak padanya
Dari Abi Kabsyah Umar bin Sa‘d Al-Anmari RA, bahwasanya ia mendengar
Rasulullah SAW bersabda, “Tiga hal yang akan aku sampaikan kepada
kalian, dan hendaklah kalian menjaganya baik-baik: harta seseorang tidak
akan berkurang lan¬taran sedekah; seseorang yang dizha¬limi lalu ia
bersabar, niscaya Allah akan mem¬balasnya dengan kemuliaan; dan
se¬se¬orang yang membuka pintu bagi pe¬minta-minta, niscaya Allah akan
bukakan (be¬baskan) pintu kefakiran atau se¬macam¬nya.
Dan aku
sampaikan satu hal dan hen¬daklah kalian menjaganya baik-baik, (be¬liau
berkata): Sesungguhnya di dunia ini ada empat macam orang: orang yang
di¬berikan rizqi dan ilmu oleh Allah SWT lalu ia bertaqwa kepada
Tuhannya, menyam¬bung silaturahim, dan tahu bahwa Allah pu¬nya hak
padanya, orang ini berada pada kedudukan yang paling utama; orang yang
Allah karuniakan ilmu tanpa harta lalu ia meluruskan niatnya dengan
berkata ‘Andai aku memiliki harta, niscaya akan aku pergunakan untuk
amal baik, sebagaimana si Fulan gunakan beramal baik’, dan karena
niatnya ia memperoleh pahala sebagaimana orang yang beramal baik itu;
orang yang dikaruniai harta tanpa ilmu dan ia berbuat semena-mena
de¬ngan hartanya, tidak takut kepada Tuhan¬nya, tidak menyambung
silaturahim, dan tidak tahu bahwa Allah punya hak atas¬nya, orang
semacam ini berada pada ke¬dudukan paling hina; dan orang yang ti-dak
dikaruniai harta dan ilmu dan berkata ‘Andaikan aku punya harta, niscaya
aku akan berbuat seperti si Fulan (orang yang tipe ketiga)’, dan karena
niatnya ia akan mendapatkan dosa seperti dosa orang yang berbuat
seperti itu.” (Diriwayatkan At-Tirmidzi).
Syarah Hadits
Hadits ini diriwayatkan oleh At-Tir¬midzi dalam kitab Zuhud bab tentang Per¬umpamaan Dunia dengan Empat Macam Orang.
Yang dimaksud bahwa Allah punya hak yakni bahwasanya seorang manusia
harus menjalankan tugasnya sebagai makhluk, baik ibadah yang fardhu
‘ain, far¬dhu kifayah, maupun yang disunnah¬kan dan dianjurkan.
Ada beberapa nasihat yang dapat di¬petik dari hadits ini. Pertama, ada
dua hal yang diperoleh orang yang bersedekah. Pertama, akan datangnya
keberkahan pada harta yang disedekahkan. Sudah banyak bukti akan janji
Allah ini, sebagai¬mana termaktub dalam kisah-kisah masa lampau hingga
sekarang. Kedua, orang yang bersedekah juga akan mendapat¬kan pahala
yang akan dituai di akhirat.
Al-‘Izz bin ‘Abdissalam dalam
kitab¬nya Al-Amali menerangkan makna hadits ini bahwa manusia tidak akan
memper¬oleh kesia-siaan dari apa yang disede¬kahkannya. Apa yang
tampaknya tiada manfaat dalam kehidupan dunianya (yak¬ni, secara zhahir
nominal harta yang di¬sedekahkan berkurang) kelak akan ada manfaatnya di
kehidupan akhirat. Karena sesungguhnya manusia, jika dia punya dua
rumah, akan menaruh hartanya di salah satu rumahnya, maka tidak bisa
di¬katakan hartanya berkurang. Demikian yang patut ada dalam keyakinan
seorang muslim.
Nasihat kedua, orang yang mengha¬dapi suatu
ujian, baik ujian itu datang dari Allah maupun manusia, lalu ia bersabar
menghadapinya, akan datang baginya gan¬jaran Allah SWT berupa kedudukan
yang mulia dan derajat yang tinggi. Orang yang bersabar itu adalah
orang yang di-timpa kezhaliman lalu ia menahan kepe¬dihan penderitaannya
dan tidak menyim¬pan dendam sedikit pun kepada orang yang
menzhaliminya, bahkan ia memaaf¬kannya. Perbuatan yang demikian dapat
mendudukkannya dalam derajat muttaqi (orang yang bertaqwa). Sebagaimana
disebutkan dalam surah Ali Imran: 134, “... (yaitu) orang-orang yang
menahan amar¬ahnya dan memaafkan (atas kesa¬lahan) orang....”
Nasihat yang ketiga, tentang orang yang kaya, yang telah memiliki
apa-apa yang diingininya namun dia masih suka meminta-minta kepada orang
lain, agar apa yang dimilikinya semakin banyak, Allah akan
menimpakannya dengan ke¬faqiran. Yakni kemiskinan dalam arti ma¬jazi
maupun hakiki, bathinnya dikuasai pe¬rasaan kurang dan Allah jadikan dia
sebagai pengemis di akhirat, wal ‘iyadzu billah.
Hadits ini
juga mendorong agar sese¬orang meletakkan ilmu dan amal dalam bingkai
keikhlasan. Seorang cendekia¬wan berkata, “Jika amal adalah jasad,
ikh¬las adalah ruh. Maka apalah artinya jasad jika tanpa ruh.” Hadits
ini juga mencela kebodohan dan orang yang berada dalam kebodohan, karena
dapat menjeblos¬kannya kepada perbuatan-perbuatan yang diharamkan.
Disalin dari
http://majalah-alkisah.com/ index.php/zawiyah/ 2057-kajian-hadits-tiga-nasihat -dan-empat-tabiat akses 21-02-2013
Langganan:
Postingan (Atom)